Saturday, December 13, 2014

TEKSTUR DAN WARNA FESES BAYI

Artikel berikut adalah penggabungan dari berbagai sumber .. link sumber tercantum .

======================================================================
Waspadai warna feses bayi

Minggu, 01 November 2009

Tanya: 
Anakku (Natasha Putri Hartanto, 6 bulan) sudah mulai saya berikan makanan padat. Namun saya heran, kenapa ya, Dok warna pupnya berubah-ubah. Terkadang benwarna kuning atau kecoklatan. Bahkan sayuran yang sebelumnya dikonsumsi, kelihatan bercampur dengan feses. Berbahayakah kondisi tersebut? Terimakasih. Sari-Cilegon
Jawab: 
Tekstur dan warna feses bervariasi seiring pertumbuhan bayi. Feses pada bayi baru lahir atau di hari-hari pertama kehidupannya berwarna hitam kehijauan, lembut dan lengket Namun warnanya akan berubah setelah bayi mulai mendapat asupan ASI atau susu formula. Warna feses bayi yang mendapat asupan ASI atau susu formula bervariasi dari kuning, kuning kecoklatan, coklat, hingga coklat kehijauan. Feses pada bayi yang mendapat asupan susu formula lebih berbentuk, tebal dengan bau lebih menyengat dibanding feses bayi yang mcndapat ASI.

Kadang, feses yang keluar dapat didahului bagian yang keras namun sclanjutnya lunak dan basah. Hal tersebut masih normal selama feses masih lunak dan mudah untuk dikeluarkan bayi.

Feses bayi yang sudah mendapat makanan padat dapat berwarna bermacam-macam. Namun akan berangsur-angsur hilang, seiring pertumbuhan bayi. Selama wama feses menyerupai wama makanan yang diberikan sebelumnya, maka kondisi ini masih normal. Misalnya asupan jeruk, wortel atau kentang sebagai bagian dari malcanan padat, akan membuat feses berwarna campuran oranye atau kuning.
Namun perlu diwaspadai jika warna feses tiba-tiba berubah menjadi merah karena bercampur darah dan lendir, yang menandakan infeksi usus oleh kuman. Atau wama feses menjadi pucat seperti dempul, disertai kulit bayi yang kuning. Mungkin ada sumbatan pada saluran had. Segera berkonsultasi ke dokter.

Sistem Pencernaan

Pemberian makanan padat pada si kecil sejak usia 6 bulan sudah tepat. Hal itu berhubungan dengan kesiapan fisik bayi, risiko alergi makanan maupun sistem pencernaan yang telah berkembang pada usia tersebut. Namun sistem pencernaannya masih dalam proses perkembangan sehingga kadang masih terlihat sisa-sisa makanan yang tidak dicerna dengan baik dan bercampur dengan feses.

Ditemukannya sayuran yang sebelumnya dikonsumsi bercampur dengan feses karena sayuran berkadar serat tinggi sehingga masih sukar dicerna. Anda tidak perlu cemas karena hal tersebut masih normal. Kecuali feses bayi Anda terdapat lendir bercampur darah, menjadi sangat cair atau feses menjadi seperti jelly bewarna merah kehitaman disertai nyeri perut.

Selain itu, apabila terjadi perabahan frekuensi pup yang cepat, feses menjadi sangat cair atau bau, kemungkinan bayi mengalami diare. Perhatikan pula gejala lain seperti muntah, pilek atau demam yang sering menyertai diare.

Bila bayi tiba-tiba menjadi jarang pup atau feses menjadi keras, kering seperti biji-bijian, mungkin bayi mengalami sembelit (konstipasi). Jadi, perhatikan pola minum dan komposisi makanan yang diberikan kepada bayi, sebab konstipasi berhubungan dengan kurangnya kandungan serat seperti sayuran atau sereal dan kurangnya asupan air.

Sumber : http://anakcerdasindo.blogspot.com/2009/11/waspadai-warna-feses-bayi.html

================================================================================
Apa Warna Feses Bayi Yang Normal ?


Beberapa orangtua terkadang bingung apakah warna feses bayinya normal atau tidak, karena terkadang warnanya berbeda-beda. Lalu warna feses bayi seperti apa yang normal?

"Jika bayi hanya mengonsumsi ASI saja tanpa nutrisi lainnya, maka feses yang berwarna kuning dan bentuknya lembek adalah sesuatu yang normal," ujar dr Jay L Hoecker MD, selaku anggota American Academy of Pediatrics, seperti dikutip dari Mayo Clinic, Rabu (29/12/2010).

dr Jay memberikan beberapa pedoman warna-warna feses yang normal pada bayi, yaitu:

1. Warna hijau kehitaman, feses ini biasanya terjadi pada dua hari setelah kelahiran yang dikenal dengan nama meconium dan feses ini biasanya pekat serta lengket.
2. Warna hijau kecokelatan, warna feses ini terjadi ketika bayi mulai mencerna ASI atau susu formula yang dikonsumsinya dan meconium diganti dengan warna feses hijau kecokelatan.
3. Warna kuning kecokelatan, warna feses ini biasanya muncul sekitar 3 hari setelah kelahiran dan bentuknya lembek, terjadi pada bayi yang diberi ASI.
4. Warna kuning, terjadi sekitar lima hari setelah kelahiran. Jika bayi mendapatkan ASI dan juga susu formula, maka fesesnya akan berwarna kuning kecokelatan atau kuning tua.
5. Warna cokelat tua, bayi yang mulai mengonsumsi makanan padat umumnya memiliki feses berwarna cokelat tua.
6. Warna lainnya, warna feses lain disini adalah warna yang muncul berdasarkan makanan yang dikonsumsinya. Terkadang warna feses bayi hijau akibat terlalu sering mengonsumsi sayuran.

Jika bayi memiliki warna feses yang berbeda dari warna-warna tersebut, maka ada kemungkinan terjadi gangguan pada pencernaan atau tubuh bayi. Warna feses yang perlu diwaspadai adalah warna hitam (kecuali muncul segera setelah bayi lahir), merah atau berdarah serta putih atau keabu-abuan.
Selain itu bentuk dari feses bayi juga penting untuk diperhatikan, misalnya jika feses yang keluar terus menerus berbentuk cair ada kemungkinan ia mengalami diare. Sedangkan feses yang terlalu keras atau bayi terlihat tersiksa ketika mengejan ada kemungkinan bayi mengalami sembelit.
Hal penting lain yang perlu dipahami adalah frekuensi buang air besar pada tiap bayi berbeda-beda, terutama di minggu-minggu pertamanya. Pada bayi yang diberikan ASI eksklusif biasanya frekuensi buang air besarnya lebih sedikit dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula, karena umumnya ASI diserap atau dicerna dengan baik oleh tubuh.


================================================================================

Kenali Warna dan Bentuk Feses Bayi

Frekuensi yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu. Waspadai
bila warnanya putih atau disertai darah. Kegiatan buang air besar pada
bayi kadang membuat khawatir orang tua. Warna, bentuk dan polanya yang
berbeda dengan orang dewasa inilah yang kerap menimbulkan kecemasan.

Sebelum kita menjadi cemas, berikut penjelasan dr. Waldi Nurhamzah,
Sp.A, tentang feses bayi.

WARNA
Umumnya, warna-warna tinja pada bayi dapat dibedakan menjadi kuning atau
cokelat, hijau, merah, dan putih atau keabu-abuan. Normal atau tidaknya
sistem pencernaan bayi, dapat dideteksi dari warna-warna tinja tersebut.

Kuning
Warna kuning diindikasikan sebagai feses yang normal. Kata Waldi, warna
feses bayi sangat dipengaruhi oleh susu yang dikomsumsinya. "Bila bayi
minum ASI secara eksklusif, tinjanya berwarna lebih cerah dan cemerlang
atau didominasi warna kuning, karenanya disebut golden feces. Berarti ia
mendapat ASI penuh, dari foremilk (ASI depan) hingga hindmilk (ASI
belakang)."

Warna kuning timbul dari proses pencernaan lemak yang dibantu oleh
cairan empedu. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan disimpan beberapa
waktu di dalam kandung empedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila di dalam
usus terdapat lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan
berkontraksi (mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairannya keluar.

Cairan empedu ini akan memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap
usus.

Sedangkan bila yang diminum susu formula, atau ASI dicampur susu
formula, warna feses akan menjadi lebih gelap, seperti kuning tua, agak
cokelat, cokelat tua, kuning kecoklatan atau cokelat kehijauan.

Hijau
Feses berwarna hijau juga termasuk kategori normal. Meskipun begitu,
warna ini tidak boleh terus-menerus muncul. "Ini berarti cara ibu
memberikan ASI-nya belum benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk
saja, sedangkan hindmilk-nya tidak." Kasus demikian umumnya terjadi
kalau produksi ASI sangat melimpah.

Di dalam payudaranya, ibu memiliki ASI depan (foremilik) dan ASI
belakang (hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu mengisap ASI
depan lebih dulu. Bagian ini mempunyai lebih banyak kandungan gula dan
laktosa tapi rendah lemak. Sifatnya yang mudah dan cepat diserap membuat
bayi sering lapar kembali. Sedangkan, ASI belakang (hindmilk) akan
terisap kalau foremilk yang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk
mengandung banyak lemak. "Lemak ini yang membuat tinja menjadi kuning."

Nah, kalau bayi hanya mendapat foremilk yang mengandung sedikit lemak
dan banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada proses pencernaan
yang akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari
situ terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut melulu), sehingga bayi
merasa tak nyaman (kolik).

Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tapi hijau kuning, hijau dan
kuning, bergantian. "Ini berarti bayi mendapat ASI yang komplet, dari
foremilk sampai hindmilk supaya kandungan gizinya komplet. Nah, ibu
harus mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk dan hindmilk
sekaligus."

Sayangnya, disamping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu
formula.

Sebelum proses menyusunya mencapai hindmilk, anak sudah telanjur diberi
susu formula hingga kenyang. Akibatnya, ia hanya mendapat ASI foremilk
saja.

Waldi menyarankan, "Berikan ASI secara eksklusif. Perbaiki
penatalaksanaan pemberiannya agar bayi bisa mendapat foremilk dan
hindmilk." Kiatnya mudah; susui bayi dengan salah satu payudara sampai
ASI di situ habis, baru pindah ke payudara berikutnya.

Merah
Warna merah pada kotoran bayi bisa disebabkan adanya tetesan darah yang
menyertai. Namun dokter tetap akan melihat, apakah merah itu disebabkan
darah dari tubuhnya sendiri atau dari ibunya.

Jika bayi sempat mengisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada
fesesnya akan ditemukan bercak hitam yang merupakan darah. Umumnya
bercak itu muncul selama satu sampai tiga hari. "Jadi, tinggal dites
saja, asalnya dari mana? Dari darah ibu atau darah bayi." Bila darah itu
tetap muncul pada fesesnya (bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata
bukan berasal dari darah ibu, maka perlu diperiksa lebih lanjut.

Kemungkinannya hanya dua, yaitu alergi susu formula bila bayi sudah
mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi.

Dua-duanya butuh penanganan. Kalau ternyata invaginasi, bayi harus
segera dioperasi.

"Darah ini sangat jarang berasal dari disentri amuba atau basiler,
karena makanan bayi, kan, belum banyak ragamnya dan belum makan makanan
yang kotor." Kalau penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan
lain, seperti perutnya membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan
kesakitan.

Putih/Keabua- abuan
Waspadai segera jika feses bayi yang baru lahir berwarna kuning pucat
atau putih keabu-abuan. Baik yang encer ataupun padat. Warna putih
menunjukkan gangguan yang paling riskan. Bisa disebabkan gangguan pada
hati atau penyumbatan saluran empedu. "Ini berarti cairan empedunya
tidak bisa mewarnai tinja, dan ini tidak boleh terjadi karena sudah
'lampu merah'."

Waldi menegaskan, bila bayi sampai mengeluarkan tinja berwarna putih,
saat itu juga ia harus dibawa ke dokter. Jangan menundanya sampai
berminggu-minggu karena pasti ada masalah serius yang harus diselesaikan
sebelum bayi berumur tiga bulan. Sebagai langkah pertama, umumnya dokter
akan segera melakukan USG pada hati dan saluran empedunya.

"Yang sering terjadi, ibu terlambat membawa bayinya. Dipikirnya tinja
ini nantinya akan berubah. Padahal kalau dibiarkan, dan bayinya baru
dibawa ke dokter sesudah berumur di atas tiga bulan, saat itu si bayi
sudah tidak bisa diapa-apakan lagi karena umumnya sudah mengalami
kerusakan hati. Pilihannya tinggal transplantasi hati yang masih
merupakan tindakan pengobatan yang sangat mahal di Indonesia."

BENTUK

Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk
seperti ter atau aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan
bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu, feses bayi bisa
bergumpal-gumpal seperti jeli, padat, berbiji/seeded dan bisa juga
berupa cairan.

Feses bayi yang diberi ASI eksklusif biasanya tidak berbentuk, bisa
seperti pasta/krem, berbiji (seeded), dan bisa juga seperti
mencret/cair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk
padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan merongkol/bulat. Makanya bayi
yang mengonsumsi susu formula, kadang suka bebelan (susah buang air
besar, Red), sedangkan yang mendapat ASI tidak.

Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk
cair, hal itu perlu dicurigai. "Bisa jadi si bayi alergi terhadap susu
formula yang dikonsumsinya atau susu itu tercemar bakteri yang
mengganggu usus."

Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses akan terjadi bila ibu
memberikan ASI yang diselang-seling susu formula. Misalnya, akan sulit
menentukan apakah feses yang cair/mencret itu berasal dari ASI atau susu
formula.

"Kalau mencretnya karena minum ASI, ini normal-normal saja karena sistem
pencernaannya memang belum sempurna. Tetap susui bayi agar ia tidak
mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam,
muntah, atau keluhan lain, dan jumlahnya sangat banyak serta mancur,
berarti memang ada masalah dengan bayi. Ia harus segera dibawa ke
dokter.

FREKUENSI

Masalah frekuensi sering mencemaskan ibu, karena frekuensi BAB bayi
tidak sama dengan orang dewasa. Kalau ibu mungkin sehari cuma sekali,
jadi kalau anaknya sampai lima kali sehari, ini sudah membuat cemas."

Padahal frekuensi BAB setiap bayi berbeda-beda. Bahkan, bayi yang sama
pun, frekuensi BAB-nya akan berbeda di minggu ini dan minggu depannya.

"Itu karena bayi belum menemukan pola yang pas. Umumnya di empat atau
lima minggu pertama, dalam sehari bisa lebih dari lima kali atau enam
kali. Enggak masalah, selama pertumbuhannya bagus."

Bayi yang minum ASI eksklusif, sebaliknya bisa saja tidak BAB selama dua
sampai empat hari. Bahkan bisa tujuh hari sekali. Bukan berarti ia
mengalami gangguan sembelit, tapi bisa saja karena memang tidak ada
ampas makanan yang harus dikeluarkan. Semuanya dapat diserap dengan
baik. Feses yang keluar setelah itu juga harus tetap normal seperti
pasta. Tidak cair yang disertai banyak lendir, atau berbau busuk dan
disertai demam dan penurunan berat badan bayi.

"Jadi yang penting lihat pertumbuhannya, apakah anak tidak rewel dan
minumnya bagus. Kalau tiga hari belum BAB, dan bayinya anteng-anteng
saja, mungkin memang belum waktunya BAB."

Santi Hartono. Ilustrator: Pugoeh


No comments:

Post a Comment